Haznel
keperawatan
Haznel
keperawatan
Sabtu, 23 Januari 2016
Rabu, 29 Juli 2015
haznel stikes piala sakti manajemen keperawatan modular
DESIMINASI ILMU TENTANG
METODE KEPERAWATAN MODULAR
DI RUANG PARU RSUD DR.
ACHMAD MOCHTAR
BUKITTINGGI
Topik : Metode keperawatan
modular di
ruangan paru Rumah Sakit Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi.
Sasaran : Semua perawat yang dinas aktif di ruangan paru Rumah Sakit Achmad
Mochtar Bukittinggi
Hari / Tanggal : Rabu / 12 Mei 2015
Waktu : 13.00 s/d Selesai
Tempat : Ruang pertemuan ruangan paru Rumah Sakit Achmad
Mochtar Bukittinggi.
Presenter : Reni
Susanti S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.KMB
A.
Latar Belakang
Manajemen keperawatan di Indonesia
perlu mendapatkan prioritas utama, hal ini berkaitan dengan tuntunan profesi
dan tuntunan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan
pengelolaan secara professional dengan memperhatikan setiap perubahan yang ada
di Indonesia. ( Nursalam, 2006 )
Era globalisasi dan perkembangan
ilmu dan teknologi kesehatan menurut perawat, sebagai suatu profesi member
pelayanan kesehatan yang optimal. Oleh karena itu diperlukan kemampuan
managerial dari tenaga keperawatan untuk meningkatkan pelayanan keperawatan.
RS
Achmad Muchtar Bukittinggi merupakan rumah sakit rujukan di Sumatera yang
mengutamakan mutu pelayanan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien
khususnya di ruangan paru. Perawat merupakan ujung tombak dalam pelayanan di
rumah sakit, dimana perawat di tuntut untuk melaksanakan asuhan keperawatan
yang berkualitas guna meninngkatkan mutu pelayanan rumah sakit dan member
kepuasan pada pasien yang dalam hal ini sebagai konsumen ( Adil, Etal, 2009 )
Salah satu
kemampuan managerial keperawatan adalah dalam hal perencanaan. Untuk menyusun
suatu perencanaan, mengacu pada Model Asuhan Keperawatan Profesional ( MAKP ) salah satunya di wujudkan
melalui conference keperawatan ( Nursalam, 2006)
Keperawatan yang
dilaksanakan belum sepenuhnya berorientasi pada upaya pemenuhan kebutuhan
klien, melainkan lebih berorientasi pada pelaksanaan tugas. Dengan pengembangan
MAKP, diharapkan nilai professional dapat di aplikasikan secara nyata, sehingga
meningkatkan mutu asuhan dan pelayanan keperawatan.
Dalam hal pemberian pelayanan,
seorang perawat di tuntut untuk memberikan asuhan keperawatan yang holistic,
yaitu bio, psiko, sosio, dan tidak ketinggalan. Asuhan keperawatan spiritual
yang akan di berikan akan meningkatkan kenyamanan dan ketenangan yang akan
menunjang kesembuhan pasien ( Govier, 2000 )
Rumah Sakit Achmad Mochtar
Bukittinggi memerlukan aspek manajement dalam memberikan asuhan keperawatan
pada klien khususnya di ruang paru. Dimana, disana di butuhkan tenaga
professional yang memiliki sentuhan penuh kasih sayang dengan cepat tanggap
dalam menangani masalah pasien yang membutuhkan pertolongan. Untuk meningkatkan
aspek manajement tersebut, maka perlu dilaksanankan desiminasi ilmu yang
membahas tentang teknik komunikasi SBAR dalam overan di Ruang Paru RS Achmad
Mochtar Bukittinggi.
B.
Tujuan
1.
Tujuan Umum
a.
Untuk mengetahui konsep dan pelaksanaan metode keperawatan moduler
di ruang Paru Rumah Sakit Achmad Mochtar
Bukittinggi.
2.
Tujuan Khusus
b.
Untuk mengetahui konsep metode keperawatan moduler
di ruang Paru Rumah Sakit
Achmad Mochtar Bukittinggi.
c.
Untuk mengetahui prosedur metode keperawatan moduler
di ruang Paru Rumah Sakit Achmad
Mochtar Bukittinggi.
d.
Untuk mengetahui implementasi metode keperawatan moduler
di Ruang Paru Rumah Sakit Achmad
Mochtar Bukittinggi.
e.
Untuk menentukan
alternatif pemecahan masalah dengan
metode keperawatan moduler yang
ada di Ruang Paru Rumah Sakit
Achmad Mochtar Bukittinggi.
C.
Metode
·
Ceramah
·
Diskusi
·
Tanya jawab
D.
Media dan alat
Penyajian dengan LCD, Laptop
E.
Waktu dan tempat
Hari :
Rabu / 12 Mei 2015
Waktu : 13.00 s/d Selesai
Tempat : Ruang Pertemuan Ruang Paru RSAM
Bukittinggi.
F.
Pengorganisasian
Penanggung jawab : Haznel Hijratul Fajar
Moderator : Kamil Rasyad
Presenter : Reni Susanti, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.KMB
Observer : Idil Ridho Mustaqim
Fasilitator : Kelompok
G.
Kegiatan Desimunasi
Ilmu
No
|
Waktu
|
Kegiatan
|
Kegiatan
Peserta
|
1
|
5
menit
|
Pembukaan
a. Mengucapkan
salam
b. Perkenalan
c. Memperkenalkan
pembimbing akademik
d. Menjelaskan
tujuan
e. Menjelaskan
kontrak
|
a. Menjawab
salam
b. Memperhatikan
c. Memperhatikan
d. Mendengarkan
e. Menyepakati
kontrak
|
2
|
15
menit
|
Penyajian
a. Menjelaskan
tentang hasil kuesioner dan observasi mahasiswa
b. Menjelaskan
tentang analisa data
|
a.
Mendengarkan dan
memperhatikan
b.
Mendengarkan dan
memperhatikan
|
3
|
25
menit
|
Pembahasan
a. Mendiskusikan
bersama audien
b. Menetapkan
bersama penyelesaian
c. Menyamakan
persepsi tentang masalah
d. Menyepakati
alternative masalah
|
a. Berpartisipasi
b. berpartisipasi
|
4
|
5
menit
|
Penutup
a. menyimpulkan
hasil diskusi
b. membuat
kontrak selanjutnya untuk lokmin II
c. mengucapkan
salam
|
a. bersama
– sama menyimpulkan hasil diskusi
b. menyepakati
kontrak
c. menjawab
salam
|
H.
Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi
struktur
a. Laporan
telah di koordinasi sesuai dengan perencanaan
b. 75%
peserta menghadiri desiminasi ilmu
c. Tempat
dan media serta alat tidak sesuai dengan rencana,
2. Evaluasi
proses
a.
Peran dan tugas
mahasiswa sesuai dengan perencanaan
b.
Waktu tidak sesuai
dengan rencana karena keadaan dan kondisi ruangan yang
kurang
kondusif
c.
70% peserta aktif dalam
desiminasi ilmu manajement keperawatan
d.
70% peserta tidak
meninggalkan ruangan saat desiminasi ilmu berlangsung.
3. Evaluasi
hasil
a.
70 % peserta memahami tentang metode keperawatn modular
b.
70 % peserta antusias
mengikuti proses desiminasi ilmu
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.
Pengertian
Manajemen
Manajemen
adalah proses ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara
efisien, efektif dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan sebelumnya. (Swanburg, 2000)
Manajemen
keperawatan adalah koordinasi dan integrasi sumber daya melalui perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, pengarahan dan pengawasan untuk mencapai
tujuan institusional yang spesifik dan obyektif. (Huber, 2000)
Manajemen
keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk
memberikan asuhan, pengobatan dan bantuan terhadap para pasien. (Gillies, 1989)
Manajemen
asuhan keperawatan merupakan pengaturan sumber daya dalam menjalankan kegiatan
keperawatan dengan menggunakan metode proses keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan klien atau menyelesaikan masalah klien dengan mengaitkan pada fungsi
manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian.
Setiap fungsi ini tidak dapat dipisah-pisahkan antara yang satu dengan yang
lainnya.Implementasi menerapkan fungsi pengorganisasian dan pengarahan dan
evaluasi menerapkan fungsi pengendalian. (Keliat, 2000)
Salah
satu usaha untuk memberikan pelayanan yang berkualitas dan professional adalah
sistem pemberian pelayanan keperawatan melalui pengembangan model praktik
keperawatan yang ilmiah yang disebut Modal Praktik Keperawatan Profesional
(MPKP).
B.
Sistem
Model Asuhan Keperawatan
Keberhasilan
suatu asuhan keperawatan kepada pasien sangat ditentukan oleh pemilihan metode
pemberian asuhan keperawatan professional. Ada 5 metode pemberian asuhan
keperawatan professional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa
depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan. Untuk memberikan asuhan
keperawatan yang lazim dipakai meliputi metode fungsional, metode tim, metode
kasus, modifikasi metode tim primer. Jenis-jenis asuhan keperawatan
professional.
1. Metode
Fungsional
Metode
fungsional merupakan manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian
tugas yang jelas dan pengawasan yang baik.Metode ini sangat baik untuk rumah
sakit yang kekurangan tenaga.Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manejerial,
sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawat junior dan atau belum
berpengalaman. Kelemahan dari metode ini adalah pelayanan keperawatan
terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses keperawatan. Setiap perawat hanya
melakukan 1-2 jenis intervensi (misalnya merawat luka).Metode ini tidak
memberikan kepuasan kepada pasien maupun perawat dan persepsi perawat cenderung
kepada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan saja.
2. Metode
Tim
Metode
ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan
dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga professional, teknikal dan
pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu. Metode ini
memungkinkan pemberian pelayanan keperawatan yang menyeluruh, mendukung
pelaksanaan proses keperawatan dan memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga
konflik mudah di atasi dan member kepuasan kepada anggota tim. Namun,
komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim
yang biasanya membutuhkan waktu yang sulit untuk dilaksanakan pada waktu-waktu
sibuk. Hal pokok dalam metode tim adalah ketua tim sebagai perawat professional
harus mampu menggunakan berbagai teknik kepemimpinan, pentingnya komunikasi
yang efektif agar kontunuitas rencana keperawatan terjamin, anggota tim harus
menghargai ketua tim, model ti akan berhasil bila didukung oleh kepala ruang.
Tujuan
metode keperawatan tim adalah untuk memberikan perawatan yang berpusat pada
klien. Perawatan ini memberikan pengawasan efektif dari memperkenalkan semua
personel adalah media untuk memenuhi upaya kooperatif antara pemimpin dan
anggota tim. Melalui pengawasan ketua tim nantinya dapat mengidentifikasi
tujuan asuhan keperawatan, mengidentifikasi kebutuhan anggota tim, memfokuskan
pada pemenuhan tujuan dan kebutuhan, membimbing anggota tim untuk membantu
menyusun dan memenuhi standar asuhan keperawatan.
Walaupun
metode tim keperawatan ini telah berjalan secara efektif, mungkin pasien masih
menerima fragmentasi pemberian asuhan keperawatan jika ketua tim tidak dapat
menjalin hubungan yang lebih baik dengan pasien, keterbatasan tenaga dan
keahlian dapat menyebabkan kebutuhan pasien tidak terpenuhi.
3. Metode
Primer
Metode
penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam
terhadap asuhan keperawatan pasien mulai pasien masuk sampai keluar rumah
sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat
rencana asuhan dan pelaksana.Metode primer ini ditandai dengan adanya
keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan
untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien
dirawat.Konsep dasar metode primer adalah ada tanggung jawab dan tanggung
gugat, ada otonomi dan ketertiban pasien dan keluarga.
Metode
primer membutuhkan pengetahuan keperawatan dan keterampilan manajemen, bersifat
kontunuitas dan komprehensif, perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang
tinggi terhadap hasil, dan memungkinkan pengembangan diri sehingga pasien
merasa dimanusiakan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu.Perawat
primer mempunyai tugas mengkaji dan membuat prioritas setiap kebutuhan klien,
mengidentifikasi diagnosa keperawatan, mengembangkan rencana keperawatan dan
mengevaluasi keefektifan keperawatan. Sementara perawat yang lain memberikan
tindakan keperawatan, perawat primer mengkoordinasikan keperawatan dan
menginformasikan tentang kesehatan klien kepada perawat atau tenaga kesehatan
lainnya. Selain itu, asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan tercapai
pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi dan
advokasi.
4. Metode
Kasus
Setiap
perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat dinas. Pasien
akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift, dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang
yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasanya diterapkan satu
pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau
untuk keperawatan khusus seperti: isolasi, intensivecare. Kelebihanya adalah
perawat lebih memahami kasus per kasus, system evaluasi dari menajerial menjadi
lebih mudah. Kekuranganya adalah belum dapat diidentifikasi perawat penanggung
jawab, perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama.
5. Metode
modifikasi Tim-primer
Pada
model MAKP tim digunakan secara kombinasi dari kedua system. Menurut Ratna S.
Sudarsono (2000) penetapan system model MAKP ini didasarkan pada beberapa alas
an:
a. Keperawatan
primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer harus mempunyai
latar belakang pendidikan SI Keperawatan atau setara.
b. Keperawatan
tim tidak digunakan secara murni,karena tanggung jawab asuhan keperawatan
pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
c. Melalui
kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan keperawatan dan akun
stabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer. Disamping itu, karena saat
ini perawat yang ada di RS sebagian besar adalah lulusan SPK, maka akan
mendapat bimbingan dari perawat primer/ketua tim tentang asuhan keperawatan.
Contoh
untuk ruang model MAKP ini diperlukan 26 perawat.Dengan menggunakan model
modifikasi keperawatan primer ini di perlukan 4 (empat) orang perawat primer
(PP) dengan kualifikasi Ners, di samping seorang kepala ruang rawat juga Ners.
Perawat associate (PA) dengan
kualifikasi Ners , di samping seorang kepala ruangan rawat juga Ners . perawat
associate ( PA ) 21 orang, kualifikasi pendidikan perawat asossiasi terdiri
atas lulusan D3 keperawatan ( 3 orang ) dan SPK ( 18 orang ).
6. Metode
Modular
Metode
modular menurut Gillies, ( 2006 ) adalah bentuk variasi dari metode keperawatan
primer dengan perawat profesional dan perawat non profesional bekerja sama
dalam memberikan asuhan keperawatan disamping itu karena dua atau tiga orang
perawat bertanggung jawab atas sekelompok kecil pasien. Dalam memberikan asuhan
keperawatan dengan menggunakan teknik modifikasi primer satu tim terdiri dari 2
hingga tiga orang perawat yang memiliki tanggung jawab penuh pada sekelompok
pasien berkisar hingga 12 orang pasien.
Berbagai
keuntungan metoda modular menurut Sumijatun ( 2008) antara lain dapat
memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komperensif dan holistik dengan
pertanggung jawaban yang jelas, konflik atau perbedaan pendapat abntar staf
dapat di tekan melalui rapat tim yang juga efektif untuk pembelajaran,
memungkinkan menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda – beda dengan
efektif dan aman serta produktif karena adanya kerjasama dan komunikasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Betz L. Cecily, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi
3. Jakarta: EGC.
Barbara C. Long. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Bandung:
Huber, 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3
Jilid 2. FKUI: Media Aesculapius.
Swanburg, 2000. Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta:
EGC.
Langganan:
Postingan (Atom)