1.
ANATOMI DAN FISIOLOGI
·
Limfe adalah cairan jaringan yang
masuk kedalam pembuluh limfe
·
Pembuluh limfe berbentuk seperti
tasbih karena mempunyai banyak katub sepanjang perjalanannya
· Pembuluh limfe dimulai dari: kapiler limfe → pembuluh limfe
kecil → pembuluh limfe besar → masuk ke aliran darah
·
Limfe sebelum masuk aliran darah,
melalui satu atau banyak kelenjar limfe
·
Pembuluh limfe aferen adalah
pembuluh limfe yang membawa limfe masuk kelenjar limfe
·
Pembuluh limfe eferen adalah
pembuluh limfe yang membawa limfe keluar kelenjar limfe
· Limfe masuk aliran pada pangkal leher melalui: Ductus
Limphaticus dexter dan Ductus thoracicus (Ductus Limphaticus sinister)
·
Sistem saluran limfe berhubungan
erat dengan sistem sirkulasi darah.
·
Darah meninggalkan jantung melalui
arteri dan dikembalikan melalui vena.
·
Sebagian cairan darah yang
meninggalkan sirkulasi dikembalikan masuk pembuluh darah melalui
saluran limfe, yang merembes dalam ruang-ruang
jaringan.
· Hampir seluruh jaringan tubuh mempunyai saluran limfatik
yang mengalirkan kelebihan cairan secara langsung dari ruang
interstisial.
·
Beberapa pengecualian antara lain
bagian permukaan kulit, sistem saraf pusat, bagian dalam dari saraf perifer,
endomisium otot, dan tulang.
·
Limfe mirip dengan plasma tetapi
dengan kadar protein yang lebih kecil.
· Kelenjar limfe menambahkan limfosit pada limfe sehingga
jumlah sel itu sangat besar di dalam saluran limfe.
·
Limfe dalam pembuluh limfe
digerakkan oleh kontraksi otot di sekitarnya dan dibantu oleh katup yang
terdapat di sepanjang pembuluh limfe.
FUNGSI SISTEM LIMFATIK
1.
Mengembalikan cairan dan protein
dari jaringan ke dalam sirkulasi darah.
2.
Mengangkut limfosit dari kelenjar
limfe ke sirkulasi darah.
3.
Membawa lemak yang sudah dibuat
emulsi dari usus ke sirkulasi darah. Saluran limfe yang melaksanakan fungsi ini
ialah saluran lakteal (di mukosa usus halus)
4.
Kelenjar limfe menyaring dan
menghancurkan mikroorganisme untuk menghindarkan penyebaran organisme itu ke
dalam jaringan, dan bagian lain tubuh.
5.
Apabila ada infeksi, kelenjar limfe
menghasilkan zat imun (antibodi) untuk melindungi tubuh terhadap mikroorganisme
SALURAN LIMFE
·
Terdapat dua saluran limfe utama,
ductus thoracicus dan ductus limfaticus dextra.
·
Ductus thoracicus atau ductus
limfaticus sinister, mengumpulkan cairan limfe dari tubuh bagian tungkai bawah
(kanan kiri), abdomen (kanan kiri), dada kiri, kepala kiri, lengan kiri,
kemudian masuk ke sirkulasi darah lewat vena subclavia sinistra
·
Ductus Limphaticus Dexter ialah
saluran yang jauh lebih kecil dan mengumpulkan limfe dari kepala kanan, leher
kanan, lengan kanan dan dada sebelah kanan, dan menuangkan isinya ke dalam vena
subklavia dextra yang berada di sebelah bawah kanan leher.
·
Jika terjadi infeksi, kelenjar limfe
dapat meradang (kelenjar limfe bengkak, merah dan sakit), proses ini biasa
disebut nglanjer (limfadenitis)
·
Limfadenitis menunjukan adanya
infeksi pada pembuluh limfe (jaringan) diatasnya
PEMBULUH LIMFE
·
Struktur pembuluh limfe serupa
dengan vena kecil, tetapi memiliki lebih banyak katup sehingga pembuluh limfe
tampaknya seperti rangkaian petasan atau tasbih.
·
Pembuluh limfe yang terkecil atau
kapiler limfe lebih besar dari kapiler darah dan terdiri hanya atas selapis
endotelium.
·
Pembuluh limfe bermula sebagai
jalinan halus kapiler yang sangat kecil atau sebagai rongga-rongga limfe di
dalam jaringan berbagai organ.
·
Pembuluh limfe khusus di vili usus
halus yang berfungsi sebagai absorpsi lemak (kilomikron), disebut lacteal villi
KELENJAR LIMFE / LIMFONODI
·
Limfonodi berbentuk kecil lonjong
atau seperti kacang dan terdapat di sepanjang pembuluh limfe.
·
Kerjanya sebagai penyaring limfe dan
dijumpai di tempat-tempat terbentuknya limfosit.
·
Kelompok-kelompok utama terdapat di
dalam leher, axial, thorax, abdomen, dan lipatan paha.
TONSIL
·
Tonsil merupakan kelenjar limfe yang
terdapat cavum oris dan faring (tonsila faringialis, tonsila palatina, tonsila
lingualis)
·
Tonsil merupakan garis depan
pertahanan infeksi yang terjadi di mulut, hidung dan tenggorokan
·
Tonsil yang gagal menahan infeksi
akan meradang yang disebut: tonsilitis
LIMPA / LIEN
·
Lien adalah kelenjar yang terletak
di regio hipogastrium sinistra, didalamnya berisi banyak jaringan limfe dan sel
darah
·
Fungsi lien:
1.
Membentuk eritrosit (terutama saat
janin)
2.
Memisahkan eritrosit mati dari
sirkulasi darah
3.
Menghasilkan limfosit, antibodi
4.
Menghancurkan leukosit dan trombosit
RES (RETIKULO ENDOTELIAL SITEMA)
·
Sistem didalam jaringan dan organ
yang berfungsi memakan (fagosit) benda asing dan bakteri yang masuk tubuh
·
Yang termasuk RES adalah:
1.
Kelenjar limfe
2.
Limpa
3.
Hati
4.
Sumsum tulang
2.
DEFINISI
Limfoma
merupakan istilah umum untuk keganasan dari sistem limfatik (kelenjar getah
bening, limpa, kelenjar timus di leher, dan sumsum tulang). Kelenjar getah
bening merupakan suatu kumpulan limfosit berukuran sebesar kacang yang tersebar
di seluruh tubuh.
·
Limfoma Hodgkin : Pada limfoma
Hodgkin sel-sel dari sistem limfatik bertumbuh secara abnormal dan dapat
menyebar ke luar sistem limfatik. Jika penyakit ini semakin berkembang, maka
akan mempengaruhi fungsi pertahanan tubuh penderitanya. Pada penyakit ini
ditemukan perkembangan sel B abnormal atau dinamakan sel Reed-Sternberg (sel B
adalah salah satu jenis sel limfe yang berfungsi dalam sistem pertahanan tubuh
yang memproduksi antibodi). Nama Hodgkin diambil dari nama penemu penyakit ini
pada tahun 1832, yaitu Thomas Hodgkin.
3.
ETIOLOGI
Penyebab
dari penyakit limfoma masih belum diketahui dengan pasti. Empat
kemungkinan penyebabnya adalah: faktor keturunan, kelainan sistem kekebalan,
infeksi virus atau bakteria (HIV, virus human T-cell leukemia/lymphoma (HTLV),
Epstein-Barr virus (EBV), Helicobacter Sp) dan toksin lingkungan (herbisida,
pengawet dan pewarna kimia). . Namun diperkirakan aktivasi gen abnormal
tertentu mempunyai peran dalam timbulnya semua jenis kanker, termasuk limfoma.
4.
GEJALA KLINIS
Pasien dengan limfoma Hodgkin dapat hadir dengan gejala
berikut:
·
Malam berkeringat
·
Unexplained berat badan
·
Kelenjar
getah bening: gejala yang paling umum dari Hodgkin adalah pembesaran
menyakitkan dari satu atau lebih kelenjar getah bening. Node juga mungkin
merasa lemas dan bengkak saat diperiksa. Node pada leher dan bahu (leher rahim
dan supraklavikula) yang paling sering terlibat (80-90% dari waktu, rata-rata).
Kelenjar getah bening dada sering terpengaruh, dan ini mungkin melihat pada
sebuah radiograf dada.
·
Splenomegali: pembesaran limpa
terjadi pada sekitar 30% orang dengan limfoma Hodgkin. Pembesaran,
bagaimanapun, jarang besar dan ukuran limpa dapat berfluktuasi selama
pengobatan.
·
Hepatomegali: pembesaran hati,
karena keterlibatan hati, hadir dalam sekitar 5% kasus.
·
Hepatosplenomegali: pembesaran baik
hati dan limpa disebabkan oleh penyakit yang sama.
·
Nyeri:
Nyeri konsumsi alkohol berikut: klasik, node yang terlibat
adalah menyakitkan setelah konsumsi alkohol, meskipun fenomena ini sangat
jarang.
Kembali sakit: nyeri punggung nonspesifik (rasa nyeri yang
tidak dapat lokal atau penyebabnya ditentukan oleh pemeriksaan atau teknik
pemindaian) telah dilaporkan dalam beberapa kasus limfoma Hodgkin. Punggung
bawah yang paling sering terkena.
·
Tambalan berwarna merah pada kulit,
perdarahan yang mudah dan petechiae karena jumlah platelet rendah (sebagai
akibat infiltrasi sumsum tulang, meningkatkan menjebak dalam limpa dll - yaitu
penurunan produksi, penghapusan meningkat)
·
Sistemik gejala: sekitar sepertiga
pasien dengan penyakit Hodgkin juga dapat hadir dengan gejala sistemik,
termasuk demam, berkeringat di malam hari; berat badan yang tidak dapat
dijelaskan setidaknya 10% dari total massa tubuh pasien dalam enam bulan atau
kurang, kulit gatal (pruritus) karena meningkatnya kadar eosinofil dalam aliran
darah, atau kelelahan (kelesuan). Gejala-gejala sistemik seperti demam,
keringat malam, dan penurunan berat badan yang dikenal sebagai gejala B, dengan
demikian, adanya demam, penurunan berat badan, dan berkeringat di malam
menunjukkan bahwa panggung pasien, misalnya, 2B 2A bukan.
·
Siklus demam: pasien mungkin juga
hadir dengan demam tinggi kelas siklis dikenal sebagai demam Pel-Ebstein, atau
lebih sederhana "demam PE". Namun, ada perdebatan mengenai apakah
atau tidak demam PE benar-benar ada.
5.
PATOFISIOLOGI
Proliferasi
abmormal tumor dapat memberi kerusakan penekanan atau penyumbatan organ tubuh
yang diserang. Tumor dapat mulai di kelenjar getah bening (nodal) atau diluar
kelenjar getah bening (ekstra nodal).
Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, mudah digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran kelenjar tadi dapat dimulai dengan gejala penurunan berat badan, demam, keringat malam. Hal ini dapat segera dicurigai sebagai Limfoma. Namun tidak semua benjolan yang terjadi di sistem limfatik merupakan Limfoma. Bisa saja benjolan tersebut hasil perlawanan kelenjar limfa dengan sejenis virus atau mungkin tuberkulosis limfa.
Beberapa penderita mengalami demam Pel-Ebstein, dimana suhu tubuh meninggi selama beberapa hari yang diselingi dengan suhu normal atau di bawah normal selama beberapa hari atau beberapa minggu. Gejala lainnya timbul berdasarkan lokasi pertumbuhan sel-sel limfoma.
Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, mudah digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran kelenjar tadi dapat dimulai dengan gejala penurunan berat badan, demam, keringat malam. Hal ini dapat segera dicurigai sebagai Limfoma. Namun tidak semua benjolan yang terjadi di sistem limfatik merupakan Limfoma. Bisa saja benjolan tersebut hasil perlawanan kelenjar limfa dengan sejenis virus atau mungkin tuberkulosis limfa.
Beberapa penderita mengalami demam Pel-Ebstein, dimana suhu tubuh meninggi selama beberapa hari yang diselingi dengan suhu normal atau di bawah normal selama beberapa hari atau beberapa minggu. Gejala lainnya timbul berdasarkan lokasi pertumbuhan sel-sel limfoma.
6.
KLASIFIKASI
Stadium
|
Penyebaran penyakit
|
Kemungkin untuk
sembuh
(angka harapan hidup selama 15 tahun tanpa penyakit lebih lanjut) |
I
|
Terbatas ke kelenjar
getah bening dari satu bagian tubuh
(misalnya leher bagian kanan) |
Lebih dari 95%
|
II
|
Mengenai kelenjar
getah bening dari 2 atau lebih daerah pada sisi yang sama dari diafragma,
diatas atau dibawahnya
(misalnya pembesaran kelenjar getah bening di leher dan ketiak) |
90%
|
III
|
Mengenai kelenjar
getah bening diatas & dibawahdiafragma
(misalnya pembesaran kelenjar getah bening di leher dan selangkangan) |
80%
|
IV
|
Mengenai kelenjar
getah bening dan bagian tubuh lainnya
(misalnya sumsum tulang, paru-paru atau hati |
60-70%
|
7.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a.
Pemeriksaan rontgen dada membantu
menemukan adanya pembesaran kelenjar di dekat jantung
b. Limfangiogram bisa menggambarkan kelenjar
getah bening yang jauh di dalam perut dan panggul
c.
CT scan lebih akurat dalam menemukan
pembesaran kelenjar getah bening atau penyebaran limfoma ke hati dan organ
lainnya
d. Skening gallium bisa digunakan untuk
menentukan stadium dan menilai efek dari pengobatan
e.
Laparatomi (pembedahan ntuk memeriksa
perut) kadang diperlukan untuk melihat penyebaran limfoma ke perut.
8.
PENATALAKSANAAN
•
Terapi
Cara
pengobatan bervariasi dengan jenis penyakit. Beberapa pasien dengan tumor
keganasan tingkat rendah, khususnya golongan limfositik, tidak membutuhkan
pengobatan awal jika mereka tidak mempunyai gejala dan ukuran lokasi
limfadenopati yang bukan merupakan ancaman.
•
Radioterapi
Walaupun
beberapa pasien dengan stadium I yang benar-benar terlokalisasi dapat
disembuhkan dengan radioterapi, terdapat angka yang relapse dini yang tinggi
pada pasien yang dklasifikasikan sebagai stadium II dan III. Radiasi local
untuk tempat utama yang besar harus dipertimbangkan pada pasien yang menerima
khemoterapi dan ini dapat bermanfaat khusus jika penyakit mengakibatkan
sumbatan/ obstruksi anatomis.
Pada
pasien dengan limfoma keganasan tingkat rendah stadium III dan IV, penyinaran seluruh
tubuh dosis rendah dapat membuat hasil yang sebanding dengan khemoterapi.
• Khemoterapi
1.Terapi
obat tunggal Khlorambusil atau siklofosfamid kontinu atau intermiten yang dapat
memberikan hasil baik pada pasien dengan limfoma maligna keganasan tingkat
rendah yang membutuhkan terapi karena penyakit tingkat lanjut.
2.Terapi kombinasi. (misalnya COP (cyclophosphamide, oncovin, dan prednisolon)) juga dapat digunakan pada pasien dengan tingkat rendah atau sedang berdasakan stadiumnya.
2.Terapi kombinasi. (misalnya COP (cyclophosphamide, oncovin, dan prednisolon)) juga dapat digunakan pada pasien dengan tingkat rendah atau sedang berdasakan stadiumnya.
9.
PROGNOSIS
Prognosis
penyakit Hodgkin ini relatif baik. Penyakit ini dapat sembuh atau hidup lama
dengan pengobatan, meskipun tidak 100%. Tetapi oleh karena dapat hidup lama,
kemungkinan mendapatkan late complication makin besar. Late
complicationitu antara lain:
·
Timbulnya keganasan kedua/sekunder
·
Disfungsi endokrin yang kebanyakan
adalah tiroid dan gonade
·
Penyulit kardiovaskuler terutama
mereka yang medapat kombinasi radiasi dan pemberian antrasiklin terutama
yang dosisnya banyak (dose related)
·
Penyulit pada paru. Pada mereka yang
mendapat radiasi dan bleomisin yang juga dose related.
·
Pada anak-anak dapat terjadi
gangguan pertumbuhan (Rachmat, 2001: 199).
·
Sepsis
10.
KOMPLIKASI
Penyakit
Hodgkin dapat menyerang sistem syaraf dan menyebabkan lesi di mediastinum yang
dapat mengakibatkan sindrom vena cava superior. infeksi herper zooster sering
menyerang penderita penyakit hodgkin ini (Soeparman Sarwono, 1994:
275). Sindrom Vena cava superior adalah sekumpulan gejala akibat pelebaran
pembuluh darah vena yang membawa darah dari bagian tubuh atas menuju ke
jantung, Penghambatan aliran darah ini (oklusis) melewati vena ini dapat
menyebabkan sindrom vena cava superior (SVCS). Penderita biasanya mengeluh
sesak nafas bila berbaring, dirasanya leher dan muka serta dada bagian
atas membengkak, kadang-kadang juga lengan atas. Pada pemeriksaan
selain edema dari bagian-bagian tersebut, juga tampak dilatasi
dari vena-vena di leher, dinding serta lengan atas dengan gradasi yang
berbeda tergantung derajat penyumbatan.
11.
EPIDEMIOLOGI
Saat
ini, sekitar 1,5 juta orang di dunia hidup dengan limfoma maligna terutama tipe
LNH, dan dalam setahun sekitar 300 ribu orang meninggal karena penyakit ini.
Dari tahun ke tahun, jumlah penderita penyakit ini juga terus meningkat.
Sekadar gambaran, angka kejadian LNH telah meningkat 80 persen dibandingkan
angka tahun 1970-an. Data juga menunjukkan, penyakit ini lebih banyak terjadi
pada orang dewasa dengan angka tertinggi pada rentang usia antara 45 sampai 60
tahun. Sedangkan pada Limfoma Hodgkin (DH) relative jarang dijumpai, hanya
merupaka 1 % dari seluruh kanker. Di negara barat insidennya dilaporkan
3,5/100.000/tahun pada laki-laki dan 2,6/100.000/tahun pada wanita. Di
Indonesia, belum ada laporan angka kejadian Limfoma Hodgkin. Penyakit limfoma
Hodgkin banyak ditemukan pada orang dewasa muda antara usia 18-35 tahun dan
pada orang di atas 50 tahun.
12. PENCEGAHAN
Tidak
ada pedoman untuk mencegah limfoma Hodgkin karena penyebabnya tidak diketahui. Suatu faktor risiko adalah sesuatu
statistik yang meningkatkan prevalensi penyakit.
Faktor
risiko meliputi:
·
Jenis Kelamin: laki-laki
·
Usia: 15-40 dan lebih dari 55
·
Riwayat keluarga
·
Sejarah mononukleosis menular atau
infeksi dengan virus Epstein-Barr, agen penyebab mononucleosis
·
Sistim imun yang melemah, termasuk infeksi
HIV atau adanya AIDS
·
Penggunaan hormon pertumbuhan dalam
jangka panjang
13. ASKEP
a.
Pengkajian
Gejala
pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, tidak terasa
nyeri, mudah digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran
kelenjar tadi dapat dimulai dengan gejala penurunan berat badan, demam,
keringat malam. Hal ini dapat segera dicurigai sebagai Limfoma. Namun tidak
semua benjolan yang terjadi di sistem limfatik merupakan Limfoma. Bisa saja
benjolan tersebut hasil perlawanan kelenjar limfe dengan sejenis virus atau
mungkin tuberculosis limfa.
Pada pengkajian data yang dapat ditemukan pada pasien limfoma antara lain:
1. Data subjektif
Pada pengkajian data yang dapat ditemukan pada pasien limfoma antara lain:
1. Data subjektif
a.Demam
berkepanjangan dengan suhu lebih dari 380C
b.Sering
keringat malam.
c.Cepat
merasa lelah
d.Badan
Lemah
e.Mengeluh
nyeri pada benjolan
f.Nafsu
makan berkurang
2.
Data Obyektif
a.Timbul
benjolan yang kenyal,mudah digerakkan pada leher,ketiak atau pangkal paha.
b.Wajahpucat
3.Kebutuhan
dasar
•
AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala:
Kelelahan,
kelemahan atau malaise umum
Kehilangan
produktifitas dan penurunan toleransi latihan
Kebutuhan
tidur dan istirahat lebih banyak
Tanda:
Penurunan
kekuatan, bahu merosot, jalan lamban dan tanda lain yang menunjukkan kelelahan
•
SIRKULASI
Gejala:
Palpitasi, angina/nyeri dada
Palpitasi, angina/nyeri dada
Tanda:
Takikardia, disritmia.
Takikardia, disritmia.
Sianosis
wajah dan leher (obstruksi drainase vena karena pembesaran nodus limfa adalah
kejadian yang jarang)
Ikterus
sklera dan ikterik umum sehubungan dengan kerusakan hati dan obtruksi duktus
empedu dan pembesaran nodus limfa(mungkin tanda lanjut)
Pucat (anemia), diaforesis, keringat malam.
Pucat (anemia), diaforesis, keringat malam.
•
INTEGRITAS EGO
Gejala:
Faktor stress, misalnya sekolah, pekerjaan, keluarga
Faktor stress, misalnya sekolah, pekerjaan, keluarga
Takut/ansietas
sehubungan dengandiagnosis dan kemungkinan takut mati
Takut sehubungan dengan tes diagnostik dan modalitas pengobatan (kemoterapi dan terapi radiasi)
Takut sehubungan dengan tes diagnostik dan modalitas pengobatan (kemoterapi dan terapi radiasi)
Masalah
finansial : biaya rumah sakit, pengobatan mahal, takut kehilangan pekerjaan
sehubungan dengan kehilangan waktu kerja.
Status
hubungan : takut dan ansietas sehubungan menjadi orang yang tergantung pada
keluarga.
Tanda:
Berbagai perilaku, misalnya marah, menarik diri, pasif
Berbagai perilaku, misalnya marah, menarik diri, pasif
•
ELIMINASI
Gejala
Perubahan karakteristik urine dan atau feses.
Perubahan karakteristik urine dan atau feses.
Riwayat
Obstruksi usus, contoh intususepsi, atau sindrom malabsorbsi (infiltrasi dari
nodus limfa retroperitoneal)
Tanda
-
Nyeri tekan pada kuadran kanan atas
dan pembesaran pada palpasi (hepatomegali)
-
Nyeri tekan pada kudran kiri atas
dan pembesaran pada palpasi (splenomegali)
-
Penurunan haluaran urine urine
gelap/pekat, anuria (obstruksi uretal/ gagal ginjal).
-
Disfungsi usus dan kandung kemih
(kompresi batang spinal terjadi lebih lanjut)
• MAKANAN/CAIRAN
Gejala:
Anoreksia/kehilangna nafsu makan
Anoreksia/kehilangna nafsu makan
Disfagia
(tekanan pada easofagus)
Adanya
penurunan berat badan yang tak dapat dijelaskan sama dengan 10% atau lebih dari
berat badan dalam 6 bulan sebelumnya dengan tanpa upaya diet.
Tanda:
Pembengkakan pada wajah, leher, rahang atau tangan kanan (sekunder terhadap kompresi venakava superior oleh pembesaran nodus limfa)
Ekstremitas : edema ekstremitas bawah sehubungan dengan obtruksi vena kava inferior dari pembesaran nodus limfa intraabdominal (non-Hodgkin)
Asites (obstruksi vena kava inferior sehubungan dengan pembesaran nodus limfa intraabdominal)
Pembengkakan pada wajah, leher, rahang atau tangan kanan (sekunder terhadap kompresi venakava superior oleh pembesaran nodus limfa)
Ekstremitas : edema ekstremitas bawah sehubungan dengan obtruksi vena kava inferior dari pembesaran nodus limfa intraabdominal (non-Hodgkin)
Asites (obstruksi vena kava inferior sehubungan dengan pembesaran nodus limfa intraabdominal)
•
NEUROSENSORI
Gejala:
Nyeri saraf (neuralgia) menunjukkan kompresi akar saraf oleh pembesaran nodus limfa pada brakial, lumbar, dan pada pleksus sakral
Kelemahan otot, parestesia.
Nyeri saraf (neuralgia) menunjukkan kompresi akar saraf oleh pembesaran nodus limfa pada brakial, lumbar, dan pada pleksus sakral
Kelemahan otot, parestesia.
Tanda:
Status mental : letargi, menarik diri, kurang minatumum terhadap sekitar.
Paraplegia (kompresi batang spinaldari tubuh vetrebal, keterlibatan diskus pada kompresiegenerasi, atau kompresi suplai darah terhadap batng spinal)
Status mental : letargi, menarik diri, kurang minatumum terhadap sekitar.
Paraplegia (kompresi batang spinaldari tubuh vetrebal, keterlibatan diskus pada kompresiegenerasi, atau kompresi suplai darah terhadap batng spinal)
•
NYERI/KENYAMANAN
Gejala:
Nyeri tekan/nyeri pada nodus limfa yang terkena misalnya, pada sekitar mediastinum, nyeri dada, nyeri punggung (kompresi vertebra), nyeri tulang umum (keterlibatan tulang limfomatus).
Nyeri tekan/nyeri pada nodus limfa yang terkena misalnya, pada sekitar mediastinum, nyeri dada, nyeri punggung (kompresi vertebra), nyeri tulang umum (keterlibatan tulang limfomatus).
Nyeri
segera pada area yang terkena setelah minum alkohol.
Tanda
Fokus pada diri sendiri, perilaku berhati-hati.
Tanda
Fokus pada diri sendiri, perilaku berhati-hati.
•
PERNAPASAN
Gejala:
Dispnea pada kerja atau istirahat; nyeri dada.
Dispnea pada kerja atau istirahat; nyeri dada.
Tanda:
Dispnea, takikardia
Dispnea, takikardia
Batuk
kering non-produktif
Tanda
distres pernapasan, contoh peningkatan frekwensi pernapasan dan kedaalaman
penggunaan otot bantu, stridor, sianosis.
Parau/paralisis
laringeal (tekanan dari pembesaran nodus pada saraf laringeal).
•
KEAMANAN
Gejala:
Riwayat sering/adanya infeksi (abnormalitasimunitas seluler pwencetus untuk infeksi virus herpes sistemik, TB, toksoplasmosis atau infeksi bakterial)
Riwayat monokleus (resiko tinggi penyakit Hodgkin pada pasien yang titer tinggi virus Epstein-Barr).
Riwayat sering/adanya infeksi (abnormalitasimunitas seluler pwencetus untuk infeksi virus herpes sistemik, TB, toksoplasmosis atau infeksi bakterial)
Riwayat monokleus (resiko tinggi penyakit Hodgkin pada pasien yang titer tinggi virus Epstein-Barr).
Riwayat
ulkus/perforasi perdarahan gaster.
Pola
sabit adalah peningkatan suhu malam hari terakhir sampai beberapa minggu (demam
pel Ebstein) diikuti oleh periode demam, keringat malam tanpa menggigil.
Kemerahan/pruritus
umum
Tanda:
:
Demam menetap tak dapat dijelaskan dan lebih tinggi dari 38oC tanpa gejala infeksi.
Demam menetap tak dapat dijelaskan dan lebih tinggi dari 38oC tanpa gejala infeksi.
Nodus
limfe simetris, tak nyeri,membengkak/membesar (nodus servikal paling umum
terkena, lebih pada sisi kiri daripada kanan, kemudian nodus aksila dan
mediastinal)
Nodus
dapat terasa kenyal dan keras, diskret dan dapat digerakkan.
Pembesaran tosil
Pembesaran tosil
Pruritus
umum.
Sebagian
area kehilangan pigmentasi melanin (vitiligo)
•
SEKSUALITAS
Gejala :
Masalah tentang fertilitas/ kehamilan (sementara penyakit tidak mempengaruhi, tetapi pengobatan mempengaruhi)
Masalah tentang fertilitas/ kehamilan (sementara penyakit tidak mempengaruhi, tetapi pengobatan mempengaruhi)
Penurunan
libido.
• PENYULUHAN/PEMBELAJARAN
Gejala :
Faktor resiko keluargaa (lebih tinggi insiden diantara keluarga pasien Hodgkin dari pada populasi umum)
Faktor resiko keluargaa (lebih tinggi insiden diantara keluarga pasien Hodgkin dari pada populasi umum)
Pekerjaan
terpajan pada herbisida (pekerja kayu/kimia)
b.
Diagnosa Keperawatan
1.Nyeri
b.d agen cedera biologi
2.Hyperthermia
b.d tidak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap inflamasi
3.Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah
4.Kurang pengetahuan b.d kurang terpajan informasi
3.Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah
4.Kurang pengetahuan b.d kurang terpajan informasi
5.Resiko
tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif b.d pembesaran nodus medinal / edema
jalan nafas.
c. Intervensi
A.
Nyeri b.d agen cedera biologi
Tujuan
: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri klien
berkurang/hilang dengan KH :
1.
Skala nyeri 0-3
2.
Wajah klien tidak meringis
3.
Klien tidak memegang daerah nyeri
Intervensi
:
1.Kaji skala nyeri dengan PQRST
1.Kaji skala nyeri dengan PQRST
R
: untuk mengetahui skala nyeri klien dan untuk mempermudah dalam menentukan
intervensi selanjutnya
2.Ajarkan
klien teknik relaksasi dan distraksi
R : teknik relaksasi dan distraksi yang diajarkan kepada klien, dapat membantu dalam mengurangi persepsi klien terhadap nyeri yang dideritanya
3.Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik
R : teknik relaksasi dan distraksi yang diajarkan kepada klien, dapat membantu dalam mengurangi persepsi klien terhadap nyeri yang dideritanya
3.Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik
R
: obat analgetik dapat mengurangi atau menghilangkan nyeri yang diderita oleh
klien
B.
Hyperthermia b.d tidak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap inflamasi
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan suhu tubuh klien turun / dalam keadaan normal dengan kriteria hasil :
1.suhu tubuh dalam batas normal (35,9-37,5 derajat celcius)
Intervensi :
2.Observasi suhu tubuh klien
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan suhu tubuh klien turun / dalam keadaan normal dengan kriteria hasil :
1.suhu tubuh dalam batas normal (35,9-37,5 derajat celcius)
Intervensi :
2.Observasi suhu tubuh klien
R
: dengan memantau suhu tubuh klien dapat mengetahui keadaan klien dan juga
dapat mengambil tindakan dengan tepat
3.Berikan
kompres hangat pada dahi, aksila, perut dan lipatan paha
R : kompres dapat menurunkan suhu tubuh klien
R : kompres dapat menurunkan suhu tubuh klien
4.Anjurkan
dan berikan minum yang banyak kepada klien (sesuai dengan kebutuhan cairan
tubuh klien)
R
: dengan banyak minum diharapkan dapat membantu menjaga keseimbangan cairan
dalam tubuh klien
5.
Kolaborasi dalam pemberian antipiretik
R
: antipiretik dapat menurunkan suhu tubuh
C.
Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selam 3 x 24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi dengan criteria hasil :
1.Menunjukkan peningkatan berat badan/berat badan stabil
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selam 3 x 24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi dengan criteria hasil :
1.Menunjukkan peningkatan berat badan/berat badan stabil
2.Nafsu
makan klien meningkat
3.Klien
menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk
mempertahankan
berat badan yang sesuai
Intervensi
:
1.Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai
1.Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai
R
: mengidentifikasi defisiensi nutrisi dan juga untuk intervensi selanjutnya
2.Observasi dan catat masukan makanan klien
2.Observasi dan catat masukan makanan klien
R
: mengawasi masukan kalori
3.
Timbang berat badan klien tiap hari
R
: mengawasi penurunan berat badan dan efektivitas intervensi nutrisi
4.Berikan makan sedikit namun frekuensinya sering
4.Berikan makan sedikit namun frekuensinya sering
R
: meningkatkan pemasukan kalori secara total dan juga untuk mencegah distensi
gaster
5.
Kolaborasi dalam pemberian suplemen nutrisi
R
: meningkatkan masukan protein dan kalori
D.
Kurang pengetahuan b.d kurang terpajan informasi
Tujuan
: Setelah diberikan asuhan keperawatan sela 1 x 24 jam diharapkan diharapkan
klien dan keluarganya dapat mengetahui tentang penyakit yang diderita oleh klien
dengan criteria hasil :
1.Klien
dan keluarga klien dapat memahami proses penyakit klien
2.Klien dan keluarga klien mendapatkan informasi yang jelas tentang penyakit yang diderita oleh klien
2.Klien dan keluarga klien mendapatkan informasi yang jelas tentang penyakit yang diderita oleh klien
3.
Klien dan keluarga klien dapat mematuhi proses terapiutik yang akan
dilaksanakan
Intervensi :
1.Berikan komunikasi terapiutuk kepada klien dan keluarga klien
R : memudahkan dalam melakukan prosedur terpiutuk kepada klien
2.Berikan KIE mengenai proses penyakitnya kepada klien dan keluarga klien
R : klien dan keluarga klien dapat mengetahui proses penyakit yang diderita oleh klien
Intervensi :
1.Berikan komunikasi terapiutuk kepada klien dan keluarga klien
R : memudahkan dalam melakukan prosedur terpiutuk kepada klien
2.Berikan KIE mengenai proses penyakitnya kepada klien dan keluarga klien
R : klien dan keluarga klien dapat mengetahui proses penyakit yang diderita oleh klien
E.
Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif b.d pembesaran nodus medinal /
edema jalan nafas.
Tujuan
: Setelah diberikan asuhan keperawatan selam 3 x 24 jam diharapkan bersihan jalan
nafas klien efektif/normal dengan criteria hasil :
1.Klien dapat bernafas dengan normal/efektif
1.Klien dapat bernafas dengan normal/efektif
2.Klien
bebas dari dispnea, sianosis
3.Tidak
terjadi tanda distress pernafasan
Intervensi
:
1.Kaji frekuensi pernafasan, kedalaman, irama
1.Kaji frekuensi pernafasan, kedalaman, irama
R
: perubahan dapat mengindikasikan berlanjutnya keterlibatan/pengaruh pernafasn
yang membutuhkan upaya intervensi
2.
Tempatkan pasien pada posisi nyaman, biasanya dengan kepala tempat tidur
tinggi/atau duduk tegak ke depan kaki digantung
R : memaksimalkan ekspansi paru, menurunkan kerja pernafasan, dan menurunkan resiko aspirasi
R : memaksimalkan ekspansi paru, menurunkan kerja pernafasan, dan menurunkan resiko aspirasi
3.
Bantu dengan teknik nafas dalam dan atau pernafasan bibir /diafragma. Abdomen
bila diindikasikan
R
: membantu meningkatkan difusi gas dan ekspansi jalan nafas kecil, memberikan
klien beberapa kontrol terhadap pernafasan, membantu menurunkan ansietas
4.Kaji
respon pernafasan terhadap aktivitas
R
: penurunan oksigenasi selular menurunkan toleransi aktivitas
DAFTAR PUSTAKA
Arjatmo
Tjokronegoro, Prof. dr. Ph.D, Hendra Utama,1999, Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Edisi III, EGC. Jakarta.
Barbara C. Long, 1996, Perawatan Medikal Bedah , Ikatan
Alumni Pendidikan Padjajaran Bandung.
Boedi Sarwono, 1984, Segi Praktis Diagnostik Ilmu Penyakit Dalam,
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Guyton, 1987, Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit,
EGC, Jakarta.
Hotma Purmoharjo, SKp, 1994, Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan
Sistem Endokrin, EGC, Jakarta.
Marylinn E. Doenges, dkk, 1994, Rencana Asuhan Keperawatan Dengan
Gangguan Sistem Endokrin, EGC Jakarta.
Purnawan Junadi, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi II,
Media Aeusculapius.