keperawatan

Selasa, 17 Maret 2015

stikes piala sakti pariaman



BAB I
PENDAHULUAN

1.1       LATAR BELAKANG
Aktifitas bermain adalah unsur yang penting untuk perkembangan fisik, emosi, mental, intelektual, kreatifitas dan sosial. Dengan bermain di rumah sakit, anak dapat beradaptasi lebih adaptif terhadap stress akibat hospitalisasi dan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya selama perawatan berlangsung. Untuk itu aktifitas bermain tidak hanya diperlukan oleh anak sehat saja, tapi diperlukan juga bagi anak dalam keadaan sakit dan dirawat (hospitalisasi) sehingga anak dapat mengekspresikan pikiran, perasaan dan fantasi serta tetap dapat mengembangkan kreatifitas dan mengurangi nyeri akibat penyakit atau terapi. Dengan demikian terapi bermain dianggap salah satu alternative mempercepat penyembuhan bagi anak.
Terapi bermain yang dilakukan di rumah sakit mempunyai beberapa prinsip yaitu (1) tidak boleh bertentangan dengan terapi yang sedang berjalan, (2) tidak membutuhkan energy yang banyak, (3) harus mempertimbangkan keamanan anak, (4) dilakukan pada kelompok umur yang sama, (5) melibatkan orang tua.
Puzzle adalah salah satu bentuk permainan untuk anak usia pre sekolah, dari hasil permainan ini peserta dapat menikmati kegiatan yang dilakukuannya sehingga permainan dapat mengurangi kejenuhan anak dalam menjalani perawatan di rumah sakit dan dapat menilai kemampuan motorik kasar, motorik halus, bahasa, kognitif serta sosialisasi sesuai dengan tingkat usianya.
Terapi bermain ini dilakukan di Ruang Anak RSUD Dr ACHMAD MOCHTAR Bukittinggi. Terapi bermain ini bermanfaat untuk membina hubungan antara anak dengan petugas sehingga terapi selanjutnya dapat diberikan secara maksimal, selain itu terapi ini juga dapat memotivasi anak untuk bersosialisasi dengan teman sebaya, dapat mengoptimalkan tumbuh kembang anak sesuai dengan usia selama hospitalisasi. Mengingat kondisi klien, dikarenakan permainan permainan tidak membutuhkan banyak energi, dapat mengasah otak anak dalam memecahkan masalah, melatih koordinasi mata dengan tangan, melatih nalar kecerdasan, melatih kesabaran anak dalam menyelesaikan suatu tantangan. Puzzle adalah salah satu bentuk permainan untuk anak usia pre sekolah, dari hasil permainan ini peserta dapat menikmati kegiatan yang dilakukuannya sehingga permainan dapat mengurangi kejenuhan anak dalam menjalani perawatan di rumah sakit dan dapat menilai kemampuan motorik kasar, motorik halus, bahasa, kognitif serta sosialisasi sesuai dengan tingkat usianya.
Stress hospitalisasi ini dapat ditanggulangi dengan terapi bermain salah satunya puzzle, dimana terapi ini bermanfaat untuk membina hubungan antara anak dengan petugas sehingga terapi selanjutnya dapat diberikan secara maksimal, setelah itu terapi ini juga dapat memotivasi anak untuk bersosialisasi dengan teman sebaya, dapat mengoptimalkan tumbuh kembang anak sesuai dengan usia selama hospitalisasi. Mengingat kondisi klien, dikarenakan permainan permainan tidak membutuhkan banyak energi, dapat mengasah otak anak dalam memecahkan masalah, melatih koordinasi mata dengan tangan, melatih nalar kecerdasan, melatih kesabaran anak dalam menyelesaikan suatu tantangan.
Puzzle adalah salah satu bentuk permainan untuk anak usia pre sekolah, dari hasil permainan ini peserta dapat menikmati kegiatan yang dilakukuannya sehingga permainan dapat mengurangi kejenuhan anak dalam menjalani perawatan di rumah sakit dan dapat menilai kemampuan motorik kasar, motorik halus, bahasa, kognitif serta sosialisasi sesuai dengan tingkat usianya.
Stress hospitalisasi ini dapat ditanggulangi dengan terapi bermain salah satunya puzzle, dimana terapi ini bermanfaat untuk membina hubungan antara anak dengan petugas sehingga terapi selanjutnya dapat diberikan secara maksimal, setelah itu terapi ini juga dapat memotivasi anak untuk bersosialisasi dengan teman sebaya, dapat mengoptimalkan tumbuh kembang anak sesuai dengan usia selama hospitalisasi. Mengingat kondisi klien, dikarenakan permainan permainan tidak membutuhkan banyak energi, dapat mengasah otak anak dalam memecahkan masalah, melatih koordinasi mata dengan tangan, melatih nalar kecerdasan, melatih kesabaran anak dalam menyelesaikan suatu tantangan.

1.2.      TUJUAN
1.2.1        Tujuan Umum
Untuk mempertahankan proses tumbuh kembang, yang dapat dicapai secara optimal. Disamping itu, keterlibatan orang tua dalam aktifitas bermain sangat penting karena anak akan merasa aman, sehingga dia mampu mengekspresikan perasaannya secara bebas dan terbuka.
1.2.2)   Tujuan Khusus
2.2.1)  Dapat melanjutkan tumbuh kembang yang normal selama perawatan, sehingga tumbuh kembang tetap berlangsung terus tanpa terhambat oleh keadaan anak.
2.2.2)   Dapat mengekspresikan pikiran dan fantasi anak.
2.2.3)   Dapat mengembangkan kreatifitas melalui pengalaman permainan yang tepat.
2.2.4)    Agar anak dapat beradaptasi secara lebih efektif terhadap stress karena penyakit atau karena dirawat di rumah sakit, dan anak mendapatkan ketenangan dalam bermain. (Nursalam, 2008:29 )

3.  MANFAAT TERAPI BERMAIN
3.1)  Bagi Peserta Terapi Bermain
Diharapkan terapi bermain ini dapat dijadikan sebagai sebuah terapi selain terapi medis yang bisa mengurangi tingkat stress pada Anak, sehingga anak bisa lebih kooperatif terhadap asuhan keperawatan dan kesehatan yang akan diberikan.
     3.2)  Bagi Mahasiswa
Diharapkan dengan adanya pelaksanan terapi bermain ini, bisa menambah ilmu pengetahuan mahasiswa tentang pentingnya terapi bermain pada anak.











BAB II
TINJAUAN TEORITIS

1.  KONSEP BERMAIN DI RUMAH SAKIT
Bermain adalah suatu konsep yang sangat penting bagi anak. Konsep pembelajaran pada anak adalah bagaimana mereka bermain. Dengan bermain mereka belajar tentang dunia luar dan lingkungan dimana mereka berada. Fungsi khusus bermain pada anak mencakup perluasan keterampilan sensorik, motorik, kreativitas, intelektual dan perkembangan sosial (Suriadi, 2001:8).
Sakit yang dirawat di rumah sakit merupakan krisis utama yang tampak pada anak. Jika seorang anak yang dirawat di rumah sakit maka anak tersebut akan mudah mengalami krisis karena : (1) Anak mengalami stress karena perubahan baik terhadap status kesehatannya maupun lingkungannya  dalam kebiasaan sehari-hari, (2) anak mempunyai sejumlah keterbatasan dalam mekanisme koping untuk mengatasi masalah maupun kejadian-kejadian yang bersifat menekan. Untuk itu, anak memerlukan media yang dapat mengekspresikan perasaan tersebut dan mampu bekerjasama dengan petugas kesehatan selama dalam perawatan. Media yang paling efektif adalah melalui kegiatan permainan.
Dalam sebuah permainan diperlukannya suatu media yang dapat menjadikan permainan itu sebagai stimulasi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Yang dimaksud stimulasi disini  adalah perangsangan yang datangnya dari lingkungan luar anak. Anak yang banyak mendapat stimulasi akan lebih cepat berkembang dari anak yang kurang atau bahkan tidak mendapat stimulasi, pemberian stimulasi akan lebih efektif apabila memperhatikan kebutuhan-kebutuhan anak sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya (Soetjiningsih, 1995:106).
Aktifitas bermain yang dilakukan perawat di rumah sakit akan memberikan keuntungan sebagai berikut:
Ø  Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dan perawat, karena dengan melaksanakan kegiatan bermain, perawat mempunyai keseempatan untuk membina hubungan baik dan menyenangkan dengan anak dan keluarganya.
Ø  Perawatan di rumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk mandiri.
Ø  Permainan pada anak di rumah sakit tidak hanya akan memberikan rasa senang pada anak, tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan perasaan dan pikiran cemas, takut, sedih, tegang dan nyeri.
Ø  Permainan yang terapeutik akan dapat meningkatkan kemampuan untuk mempunyai tingkah laku yang positif.
Ø  Permainan yang memberi kesempatan pada beberapa anak untuk berkompetisi secara sehat akan dapat menurunkan ketegangan pada anak dan keluarga.

2.  PRINSIP PERMAINAN PADA ANAK DI RUMAH SAKIT
1)   Tidak boleh bertentangan dengan terapi yang sedang di jalankan
2)   Tidak membutuhkan energi yang banyak
3)   Harus mempertimbangkan keamanan anak
4)   Dilakukan pada kelompok umur yang sama
5)   Melibatkan orang tua

3.  TUJUAN BERMAIN
Tujuan bermain bagi anak untuk membantu melengkapi kebutuhan bermain sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak. Kebutuhan mengacu pada tahapan tumbuh kembang anak, sedangkan tujuan yang ditetapkan harus memperhatikan prinsip bermain bagi anak di rumah sakit yaitu: menekankan pada upaya ekspresi sekaligus relaksasi dan distraksi dari perasaan takut, cemas, sedih, tegang, dan nyeri.

4.  ALAT PERMAINAN EDUKATIF
            Alat permainan edukatif adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya, serta berguna untuk :
a.    Perkembangn aspek fisik yaitu kegiatan yang dapat menunjang atau merangsang pertumbuhan fisik anak.
b.    Pengembangan bahasa dengan berlatih berbicara menggunakan kalimat yang benar
c.    Pengembangan aspek kognitif, dengan pengenalan suara, ukuran, dan bentuk, warna
d.   Perkembangan aspek sosial, khusus dalam hubungannya dengan interaksi antara ibu dan anak, keluarga dan masyarakat.

5. KARAKTERIK BERMAIN ANAK USIA PRE SEKOLAH
Karakteristik permainan untuk anak usia pre sekolah dibedakan menurut jenis kelaminnya, yaitu:
a.    Anak laki-laki
Anak laki-laki lebih tepat jika diberikan mainan sejenis mekanik yang akan menstimulasi kemampuan kreatifitasnya dalam berkreasi sebagai seorang laki-laki, misalnya mobil-mobilan, puzzle.
b.    Anak perempuan
Lebih tepat diberikan permainan yang dapat menstimulasinya untuk mengembangkan perasaan, pemikiran, sikap dalam menjalankan peran sebagai seorang perempuan, misalnya alat untuk memasak dan boneka.

6.  KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN ANAK USIA PRE SEKOLAH
a.  Perkembangan Motorik Kasar (Umur 3 sampai 6 tahun)
Aktifitas motorik kasar diawali dengan kemampuan untuk berdiri dengan satu kaki selama 1-5 detik, melompat dengan satu kaki, berjalan dengan tumit ke jari kaki, menjelajah, membuat posisi merangkak, berjalan dengan bantuan.
b.      Perkembangan Motorik Halus
           Perkembangan ini meliputi :
  Mulai memiliki kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua atau tiga bagian, memilih garis yang lebih panjang dan menggambar orang, melepas objek dengan jari lurus, mampu menjepit benda, melambaikan tangan, menggunakan tangan nya untuk bermain, menempatkan objek ke dalam wadah, makan sendiri, minum dari cangkir dengan bantuan, menggunakan sendok dengan bantuan, makan dengan jari, membuat coretan denagan kertas.


     c.    Perkembangan Kognitif (cara kerja kongkrit usia 2-7 tahun)
            Dengan perkembagan kemampuan sebagai berikut  anak belum mampu   mengoperasionalisasikan apa yang di pikirkan melalui apa yang di pikirkan melalui tindakan dalam pikiran anak, perkembangan anak masih bersifat egosintrik, seperti dalam penelitian piaget anak selalu menunjukkan egosentrik seperti anak akan memilih sesuatu sesuatu atau ukuran yang besar walaupun isi isi sedikit.
d.Perkembangan Psikososial
Tahap kemandirian, rasa malu, dan ragu terjadi pada umur 1-3 tahun (toddler) dengan perkembangan sebagai berikut anak sudah mulai mencoba dalam mandiri dalam tugas tumbuh kembang seperti dalam motorik dan bahasa, anak sudah mulai latihan jalan sendiri, berbicara dan pada tahap ini pula anak akan merasakan malu apabila orang tua terlalu melindungi atau t5idak memberikan kemandirian atau kebebasan anak dan menuntut tinggi harapan anak. (A. Aziz Alimul Hidayat)

7.  BERMAIN KONTRUKSI ( PUZZLE )           
Bermain ini bertujuan untuk menyusun sesuatu objek permainan agar menjadi sebuah kontruksi yang benar seperti permainan menyusun balok atau menyusu pazzle. Sifat dari permainan ini adalah aktif dimana anak selalu ingin menyelesaikan tugas-tugas yang ada dalam permainan dan akan dapat membangun kecerdasan pada anak.

8.  CIRI-CIRI BERMAIN PUZZLE UNTUK ANAK USIA SEKOLAH DENGAN HOSPITALISASI
a.  Puzzle dapat mengurangi kebosanan terhadap hospitalisasi
b.  Tingkat kesulitan puzzle sesuai dengan usia sekolah
c.  Bermain ini dapat mengoptimalkan tumbuh kembang anak sesuai dengan usia selama hospitalisasi
d.  Permainan dapat dilakukan dengan pertahankan mobilisasi


BAB III
PELAKSANAAN TERAPI

1.  PESERTA
Peserta dari program terapi bermain ini direncanakan anak yang datang ke Ruang Anak, dengan kondisi yang memungkinkan untuk ikut terapi bermain sebagai berikut:
·      Anak tidak ada kontra indikasi dengan penyakit yang dideritanya untuk aktifitas bermain yang diselenggarakan
·      Tanda-tanda vital normal
·      Pasien kooperatif
·      Tidak dalam kondisi bed rest
·      Bersedia untuk mengikuti kegiatan bermain
·      Anak berusia antara 5 – 10 tahun

2.  MEDIA
     Puzzle berbentuk gambar binatang

3.  WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN
Waktu                           :
Jam                                :
Tempat kegiatan           : Ruangan terapi bermain di Ruang Anak RSUD  
                                        Dr. Ahmad Mochtar Bukittinggi
Alokasi waktu               : 40 menit








4. SETTING TEMPAT


MEJA BERMAIN
 











Keterangan :
                   = Pembimbing                    = Moderator                        = Fasilator


                            = Orang Tua                   = Leader


                   = Klien                               = Observer


5.  PENGORGANISASIAN
Moderator                : Haznel Hijratul Fajar. S. Kep
Tugas                        :
·  Memimpin kerjasama tim
·  Memadu jalannya Program bermain
·  Memotivasi klien dan keluarga untuk terlibat dalam program bermain
·  Menjaga kekompakan TIM
Leader                      : Yuhanna Sari S. Kep
Co leader                  :  Nurul Gustiana S. Kep
Tugas                        :
·  Mendampingi leader
·  Membantu memotivasi klien dan keluarga
·  Mengingatkan leader tentang waktu bermain
·  Menjaga kerjasama Tim yang solid
Fasilitator                 : Yeti Yusnita S. Kep,
                                   Febrina Astuti S. Kep
                                   Ibnul Wiza Afwan S.Kep
                                   Dewi Satria S. Kep
                                   Septian Alfi Saputra S. Kep           
Tugas                        :
·  Menyiapkan sarana dan prasarana
·  Memberikan mainan pada anak
·  Membantu memotivasi klien dan keluarga
Observer
1)   Observer 1.  Idil Ridho Mustaqim S. Kep.
  2. Futiha Rahmi S. Kep.
  3. Erizal Tanjung S. Kep.
 4. Basuki Rahmat S.Kep.
Tugas :
            Mengamati respon hospitalisasi anak selama terapi aktifitas bermain berlangsung, mengamati dan mencatat respon motorik kasar klien, mengamati dan mencatat respon motorik halus klien, mengamati dan mencatat respon kognitif

6.  KEGIATAN BERMAIN

No
Waktu
Kegiatan Mahasiswa
Kegiatan Peserta
1
5 menit
Pembukaan oleh moderator
·      Memusatkan perhatian pada anak-anak
·      Salam
·      Perkenalan dengan mahasiswa
·      Perkenalan dengan pembimbing
·      Menjelaskan tujuan dan aturan kegiatan
·      Menjelaskan kontrak waktu


·       Memperhatikan

·       Menjawab salam
·       Berkenalan
·       Berkenalan
·       Memperhatikan
·       Memperhatikan
·       Memperhatikan

2
30 menit
Kegiatan inti oleh Leader
·      Menstimulasikan cara menyusun puzzle
·      Melibatkan orang tua untuk hadir didekat anak
·      Membagikan peralatan
·      Memandu anak menyusun puzzle
·      Memberikan reinforcement atas tindakan peserta
·      Memandu anak untuk menyusun puzzle dengan baik
·      Memberikan reinforcement atas tindakan peserta
·      Menanyakan pendapat anak tentang puzzle yang disusun
·      Memberikan reinforcement atas tindakan peserta

·      Orang tua hadir didekat anak
·      Memberikan mainan

·      Membongkar mainan
·      Mendengarkan

·      Memasang mainan

·      Mendengarkan

·      Menjawab pertanyaan

·      Mendengarkan

3
5 menit
Penutup oleh moderator
·       Menyudahi permainan
·       Mengumpulkan mainan
·       Menanyakan perasaan anak sesudah bermain
·       Menyampaikan hasil observasi terhadap tumbuh kembang anak kepada orang tua
·       Menyimpulkan hasil kegiatan
·       Mengucapkan terima kasih pada orang tua dan anak
·       Menberi salam

·      Mendengarkan
·      Memperhatikan
·      Menyelaskan perasaannya
·      Mendengarkan





·      Menjawan salam



7. EVALUASI
1)      Klien mampu mengikuti permainan sampai selesai
2)      Klien mampu mengetahui permainan > 50%
3)      Klien tampak mengekpresikan perasaan senang dalam mengikuti permainan
4)      Dapat mengekspresikan pikiran dan fantasi anak.











Mengetahui :


CI Akademik                                         CI Ruangan




(                                               )                       (                                               )
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A.A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Buku 2. Jakarta : Salemba Medika
Nursalam. 2005.  Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC
Suryadi, yuliani rita. 2006.Asuhan Keperawatan Pada Anak Ed 2. Jakarta: Sangung Seto
Supartini. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC
Wong, Dona L. 2004.  Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC



Tidak ada komentar:

Posting Komentar